Sunday, January 10, 2010

Belajar Menjadi Environmentalis Tak Perlu Berkerut Dahi

 

"Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapapun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari."
-Pramoedya Ananta Toer, Anak Semua Bangsa-






Resensi Buku, Menjadi Environmentalis Itu Gampang: Sebuah Panduan Bagi Pemula
Oleh: Cut Rindayu


Kebanyakan orang mungkin akan berkerut dan bosan apabila membayangkan buku mengenai lingkungan hidup. Namun, hal serupa tidak akan terjadi jika membaca buku Menjadi Environmentalis itu Gampang. Bagi anda yang menginginkan edukasi lingkungan maupun yang hanya ingin memanjakan mata pasti akan terpuaskan dengan buku ini.

Menjadi Environmentalis Itu Gampang memang ditujukan untuk pemula. Para kaum muda dan aktivis lingkungan muda yang ingin mendedah mitos-mitos globalisasi dan pembangunan ekonomi. Mereka itu sudah seharusnya menjadikan buku ini salah satu referensi bacaan yang handal.

Ragam gerakan lingkungan, aktivitas penyelamatan lingkungan dipaparkan tidak hanya lewat narasi yang provokatif. Namun, itu semua digabung dengan tampilan visual yang menarik. Selain itu, pembaca disuguhi petikan pemikiran-pemikiran tokoh besar yang menggugah kemanusiaan kita.

"Apa yang kita lakukan atas hutan-hutan di dunia adalah refleksi dari apa yang kita lakukan pada diri kita sendiri dan sesama."
-Mahatma Gandhi-

Buku ini menyajikan format baru dalam edukasi dan kampanye penyelamatan lingkungan. Pembaca dirangsang lewat fakta-fakta yang dinarasikan dan foto-foto yang berbicara. Hal ini agar pembaca tergugah dan melakukan perubahan untuk lingkungan hidup khususnya di Indonesia. Pendidikan ini berguna untuk mengajak kaum muda terlibat aktif dalam gerakan penyelamatan lingkungan hidup Indonesia.

Kerusakan lingkunan di negeri ini merupakan potret buram penanganan lingkungan hidup di Indonesia. Kemiskinan dan kehancuran nilai-nilai budaya merupakan beberapa konsekuensi atas perubahan lingkungan yang tidak memakai paradigma ramah lingkungan. Buku ini terbit untuk mengedukasi kaum muda agar menjadi tonggak perubahan lingkungan.

Sebagai pembuka, buku ini memaparkan mengenai paradigma pembangunan Indonesia yang tidak pernah menjadikan lingkungan hidup sebagai agenda utama pembangunan. Pola pembangunan konvensional gagal membendung proses kerusakan dan degradasi lingkungan dan akhirnya menyerah pada pola yang mendewakan pasar.

"Lingkungan hidup tidak pernah menjadi agenda utama bangsa Indonesia. Lingkungan hanya menjadi etalase pembangunan selama tiga dekade terakhir. Kini saatnya mengubah sejarah dan haluan bangsa kita!
-Emil Salim-

Gerakan lingkungan adalah gerakan sosial dan politik yang diarahkan untuk pelestarian, restorasi, dan peningkatan kualitas lingkungan hidup melalui pendidikan publik, advokasi perubahan gaya hidup, perbaikan perencanaan komunitas, perubahan ekonomi uang serta perombakan kebijakan negara.

Dalam buku ini terungkap kegelisahan gerakan lingkungan di Indonesia karena tidak melihat ada terobosan yang berarti dilakukan negara untuk mereduksi kehancuran ekologis dan ketidak adilan sosial ekonomi yang makin membesar di negeri ini. Pengurus negara cenderung mengabaikan fakta bahwa Indonesia sedang dalam fase kritis, baik dari segi ekologis maupun kemampuan bertahan hidup mayoritas rakyat yang terkena dampak pembangunan. Praktik eksploitasi alam terus menjadi pilihan walau beragam peringatan telah diberikan oleh organisasi dan pemerhati lingkungan hidup dalam dan luar negeri.

Enviromentalisme adalah gerakan sosial yang dimotori kaum penyelamat lingkungan hidup. Gerakan ini berusaha dengan segala cara dan tanpa kekerasan—mulai dari aksi jalanan, lobi politik, hingga pendidikan publik—untuk melindungi kekayaan alam dan ekosistem. Kaum environmentalis peduli pada isu-isu pencemaran air dan udara, kepunahan spesies, gaya hidup rakus energi, ancaman perubahan iklim, dan rekayasa genetika pada produk-produk makanan.

Saat ini gerakan enviromentalis telah bermetamorfosa menjadi gerakan anti-korporasi dan gerakan anti-globalisasi . Hal ini terjadi karena penguasa dan perusak lingkungan terbesar di dunia adalah perusahaan-perusahaan transnasional.

Buku ini banyak bertutur lewat realitas sosial yang terpotret lewat foto foto yang menarik dan berkualitas. Buku ini selain berusaha mengedukasi pembacanya juga untuk menjadi instrumen perubahan bagi perbaikan lingkungan dengan cara yang cukup ringan. Dengan tampilan grafis yang baik, berpadu serasi dengan bobot informasi yang diulas di halaman berikutnya.

Menarik, karena memberikan angin segar mengenai kemasan kampanye penyelamatan lingkungan. Dari segi tampilan, buku ini tidak kalah dengan buku-buku berkualitas lainnya. Tampilannya segar dan cerdas dengan judul sampul depan (cover) yang berbeda dan tersendiri.




Dipublikasikan dalam Buletin SatuDunia edisi ke-5 Januari 2010
Halaman xi+338
Walhi, Jakarta: 2007